sampradaya hare krishna |
Posted: March 9, 2021 |
Teologi berasal dari bahasa Yunani; theos, yang berarti Tuhan, dan logia yang berarti kata-kata, ucapan atau wacana. Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan Tuhan atau keyakinan beragama. Salah satu syarat suatu ajaran disebut agama adalah apabila ajaran tersebut mempunyai kitab suci. Mempraktekan ajaran kitab suci adalah kewajiban bagi orang yang beragama. Salah satu agama yang sah yang diakui di NKRI adalah agama Hindu. Kitab suci agama Hhindu adalah Veda. Oleh karena itu teologi agama hindu adalah teologi yang bersumber dari kitab suci Veda. Hindu adalah sebutan yang diberikan oleh penjajah Inggris terhadap sekelompok masyarakat di pinggir sungai Sindu yang mempraktekkan ajaran Sanatana-Dharma. Sejak itulah sebutan Hindu menjadi melekat kepada siapapun atau kelompok manapun yang mempraktekkan ajaran sanatana dharma yang ada di kitab suci Veda yang disusun oleh R?i Vyasadeva. Dengan demikian bagi seseorang/kelompok yang mengikuti ajaran veda beserta aturan dan peraturannya disebut Hindu, sebaliknya yang mengaku beragama Hindu secara otomatis ia harus mengikuti tata cara / aturan dan peraturan dalam kitab Veda yang merupakan ajaran, perintah dan roh dari wadah Hindu tersebut. Arti kata Veda adalah pengetahuan. Secara umum Veda sendiri mendefinisikan pengetahuan sebagai "K?etra-k?etrajñayor jñana? yat taj jñanam, yaitu mengerti perbedaan antara badan jasmani (k?etra) yang material dan bersifat sementara, dengan makhluk hidup (k?etrajña) yang bersifat spiritual abadi, yang disebut pengetahuan (Bhagavad-Gita 13.3). Jadi pengetahuan Veda mencakup para-vidya (pengetahuan material) & apara-vidya (pengetahuan rohani). Tuhan yang merupakan obyek pencarian semua jiva di dalam Veda disebut Kebenaran Mutlak (sommum bonnum) esensi dari semua keberadaan. Karena Tuhan bersifat transcendental, Beliau tidak bisa dipahami atau dicapai melalui indria-indria. Di satu sisi makhluk hidup yang ada di dunia material memiliki jenis badan dan kesadaran yang berbeda-beda sesuai dengan guna/sifatnya. Untuk memfasilitasi kesadaran yang berbeda-beda itu maka Veda memberikan pengetahuan yang berjenjang agar bisa dijangkau oleh berbagai tingkat kesadaran dan golongan manusia. Itu sebabnya kita akan menemukan berbagai bagian Veda yang seolah-olah berbeda dan kadang kontradiktif, (di sini kita perlu mempelajari Veda secara komprehensif dan sistematis, karena jika belajar Veda secara parsial terpisah-pisah cenderung menimbulkan kesalahpahaman dan fanatisme berlebihan terhadap satu bagian veda saja). Untuk bisa memberikan pemahaman yang utuh, Veda juga memberikan penjelasan tentang Tuhan yang Mutlak melalui dua perspektif besar yaitu dvaita dan advaita, dalam konsep ini aspek Tuhan yang tidak memiliki bentuk atau sifat disebut sebagai nirgu?a sedangkan aspekNya yang pribadi, berbentuk dan memiliki sifat-sifat rohani disebut sebagai sagu?a. Filsafat vai??ava adalah filsafat yang menjelaskan Tuhan dalam perspektif advaita. Filsafat vai??ava mengajarkan suatu pengetahuan tentang Vi??u-tattva dan cara pemujaan kepada semua Vi??u-tattva, Naraya?a, termasuk kepada Sri K???a. Salah satu cara pemujaan kepada Sri K???a dilakukan oleh pengikut ajaran sanatana-dharma yang dikenal dengan sebutan kelompok Hare K???a, di bawah naungan organisasi ISKCON. Teologi dalam Kesadaran K???a / Hare K???a termuat dan bersumber dari kitab suci veda, baik dalam Veda Sruti maupun Veda Sm?ti. Praktek keagamaan yang dilakukan oleh bhakta Hare K???a merujuk pada ayat –ayat kitab suci Veda, dan mereka tidak sedang mencoba membuat Veda baru. Kitab suci Veda sudah ada dan sebagian besar disusun oleh R?i Vyasadeva. Para guru dan acarya dalam garis perguruan Gau?iya Vai??ava ketika menerjemahkan dan memberikan penjelasan sloka-sloka Veda, semua itu didasarkan atas otoritas parampara atau sampradaya vai??ava dimana filsafat sampradaya vai??ava memang ada tercantum di dalam veda. Para Bhakta Hare K???a yang belajar memahami Tuhan melalui filsafat vai??ava sangat meyakini akan kebenaran Veda dan mempraktekan ajaran Veda tersebut berdasarkan prosedur yang termuat dalam Veda itu sendiri. Veda adalah apauru?eya, tidak ditulis oleh manusia biasa, veda adalah sumber kebenaran, seperti yang disebutkan dalam kitab Manava-Dharma Sastra II.10: srutistu vedo vijñeyo dharmasastram tu vai sm?ti? Te sarvathe?va mimamsye tabhya? dharmohi nirbabhau Artinya: sesungguhnya Sruti adalah Veda, demikian pula Sm?ti adalah Dharma Sastra, keduanya harus tidak boleh diragukan kebenaran ajarannya, karena keduanya adalah sumber Dharma. Karena Veda memang memuat keduanya maka sebagai pengikut Veda hendaknya kita tidak hanya menerima satu bagian Sruti saja sebagai sumber kebenaran, atau hanya menerima Sm?ti saja sebagai sumber Kebenaran. Sruti dan Sm?ti adalah Sumber Kebenaran. Yang termasuk Veda Sruti adalah, ?g, Sama, Yajur, Atharva, dan juga upani?ad - upani?ad, dan yg termasuk Veda Sm?ti misalnya Pura?a-pura?a, Itihasa (Mahabharata dan Ramaya?a) dll. Mempelajari Veda berarti mempelajari keseluruhan Sruti dan Sm?ti. Kebenaran Tuhan tertuang dalam Veda karena Veda berasal langsung dari Tuhan. B?had-ara?yaka Upani?ad 2.4.10 menyatakan ; asya mahato bhutasya nihsvasitam etad yad ?gvedo yajur veda? sama vedatharva?girasa itihasa? pura?a? vidya “O Maitreya, ?g, Yajur, Sama dan Atharva Veda, begitu pula dg Itihasa dan Pura?a- pura?a, semuanya berasal dari nafas Tuhan Yang Maha Esa”. Mempelajari kitab Veda dalam rangka mendekati Tuhan tidak akan berhasil apabila kita melakukannya dengan mentalitas kebencian dan menolak bagian ajaran Tuhan lainnya. Para Vai??ava Mendekati Kebenaran Mutlak Melalui aspek sagu?a Brahman tanpa menolak aspek nirgu?a Brahman. Veda menjelaskan definisi Tuhan dalam kitab brahma sutra 1.1.2: "janmady asya yata?" artinya Tuhan adalah asal mula atau sumber dari segala sesuatu. Seperti telah disinggung di awal, kitab suci Veda juga menyebutkan adanya dua filsafat keketuhanan yaitu nirgu?a Brahman (impersonal God / Tuhan tak berwujud) dan sagu?a Brahman (personal God /Tuhan berwujud) untuk menginsyafi Kebenaran Mutlak . Secara prinsip tidak ada perbedaan dari kedua teologi ini karena Tuhan bersifat mutlak. Bagi Tuhan yang tidak terbatas, tidak ada perbedaan berwujud atau tidak berwujud karena Tuhan selalu tidak terpengaruh oleh tiga sifat alam material (tri guna) atau tidak dipengaruhi oleh ciptaanNya karena Tuhan melampaui semua itu. Tuhan Maha Kuasa, Tuhan serba bisa dan tidak sulit bagi Tuhan untuk tidak berwujud atau berwujud. Adanya aspek nirguna dan saguna Brahman adalah ciri lengkap dari Kebenaran Mutlak Yang Maha Sempurna. Kesempurnaan Beliau dijelaskan melalui kitab Veda sebagai wujud kasih sayang Tuhan kepada semua mahkluk agar memilih aspek mana yang mampu dipahaminya dan membuatnya nyaman dalam mendekati dan memuja Tuhan. Dalam konteks ini Kesadaran Krishna memilih saguna Brahman dengan meyakini Sri K???a sebagai wujud pribadi Tuhan. Pemilihan pada sagu?a Brahman, sebagai obyek atau fokus pemujaan adalah untuk memudahkan dalam berbhakti pada Tuhan. Arca Sebagai Personifikasi Tuhan dan Obyek Pemujaan Dalam berbhakti pada Tuhan ada tiga hal yang harus ada yaitu; ada abdi atau pemuja, ada kegiatan pemujaan (pelayanan bhakti ) dan ada obyek pemujaan (wujud Tuhan). Wujud Tuhan sebagai realisasi dari sagu?a Brahman bisa dibuatkan arcaNya yang bahannya ditentukan oleh kitab suci Veda seperti dijelaskan dalam Bhagavata pura?a 11.27.12 sebagai berikut: saili daru-mayi lauhi lepya lekhya ca saikati Mano-mayi ma?i-mayi pratima??a-vidha sm?ta Artinya: “ Pratima atau arca Tuhan bisa dibuat dari 8 jenis bahan yaitu dari; batu, kayu, logam, tanah, lukisan, pasir, direnungkan dalam pikiran dan dari batu permata.” Para bhakta dalam kesadaran K???a mempraktekan ajaran veda ini dengan membuat berbagai Arca Sri K???a dan melakukan proses pra?a-prati??ha atau sakralisasi arca sesuai penjelasan yang ada di dalam Veda. Para Vai??ava Memuja K???a Berdasarkan Penjelasan Berbagai Sloka Veda dan Pura?a Meyakini Sri K???a sebagai sagu?a Brahman atau personal God / Tuhan yang berwujud, bukanlah ajaran diluar Veda. Sifat –sifat ketuhanan Sri Krishna termuat dalam ayat –ayat veda, baik Veda Sruti maupun Veda Sm?ti. Seperti di atas sudah dijelaskan apa definisi Tuhan dalam brahma-sutra 1.1.2: janmady asya yata? ; Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Ayat ini ditulis oleh R?i Vyasa dan R?i Vyasa sendiri menjelaskan ayat ini dalam Bhagavata-pura?a 1.1.1: om namo bhagavate vasudevaya janmady asya yato’nvayad itaratas carthe?u abhijna? svara? ..yg dimaksud janmady asya yata? adalah Vasudeva, dan Vasudeva adalah nama lain dari K???a, Tuhan sumber segala sesuatu. Kalimat terakhir ayat itu juga menekankan: dhamna svena sada nirasta kuhaka? satya? para? dhimahi: hamba menyembah Vasudeva yg adalah satya? para?, Kebenaran Mutlak (Tuhan). Jadi Vasudeva K???a adalah Tuhan, itulah kesimpulan R?i Vyasa. Kesimpulan R?i Vyasa. Ini sama dengan apa yang sudah termuat dalam Veda – Veda yang lain seperti misalnya :BG 10.8: aha? sarvasya prabhavo matta? sarvam pravartate; “Aku adalah sumber segala dunia rohani dan segala dunia material, segala sesuatu berasal dari-Ku”. Sarva-loka – mahesvaram; “Aku adalah Penguasa semua planet dan isinya” (BG 5.29). Dinyatakan juga dalam brahma-vaivarta-pura?a bagian brahma–khanda 1.1.4: Vande k???am gunatitam param brahma acyutam yata? Avirbabhruva? prakrti brahma vi??u sivadaya? Artinya: ” hamba bersujud pada Sri K???a, yang berada diluar pengaruh tri-gu?a atau tiga sifat alam (sattvam, rajas, tamas). Sri Acyuta (Sri K???a) adalah Para? brahman, dari Beliau muncullah Brahma, Vi??u dan Siva dan seluruh dunia.” matta? paratara? nanyat kiñcid asti dhanañjaya mayi sarvam ida? prota? sutre ma?i ganaiva “ Wahai Dhanañjaya, tidak ada kebenaran yang lebih tinggi dari pada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara diikat pada seutas tali”. (BG 7.7) Dari wujud Sri K???a ini munculah aspek Tuhan. Aspek Tuhan ada 3 menurut Bhagavata Pura?a 1.2.11: brahmeti paramatmeti bhagavan iti sabdyate. Pada umumnya orang mengatakan Tuhan itu sinar, atau Brahman. Itu benar, itulah aspek Tuhan sebagai Brahman, sinar yg abstrak. Orang mengatakan Tuhan ada di mana-mana. Itu benar. Itulah aspek Tuhan sebagai Paramatma yg masuk bahkan ke setiap atom ciptaan, vyapi vyapaka. Tuhan juga di luar semua ciptaan, itulah yang disebut Bhagavan. Brahman, Paramatma dan Bhagavan masing - masing disebutkan dalam Veda, sebagian bisa kita lihat dalam sloka-sloka berikut ini; BG 14.27: brahma?o hi prati??haham: Aku adalah sandaran Brahman yg tidak berwujud. BG 15.15 sarvasya caha? hrdi sannivi??o: Aku bersemayam dalam setiap mahkluk, menunjukan Paramatma. Bhagavat Pura?a: 1.3.28: k???as tu bhagavan svayam: Sri K???a adalah Bhagavan, memiliki segala kehebatan sempurna yg ada di luar semua ciptaan material ,na caha? te?v avastitha? (BG 9.4). Sri K???a Berwujud Manusia, Apakah Beliau Manusia? Wujud Sri K???a bersifat rohani. Badan Sri K???a tidak terbuat dari unsur pañca-maha-bhuta. Wujud badan rohani Sri K???a terbuat dari sat cit ananda…isvara? parama? K???a? sad-cid-ananda vigraha? anadir adir govinda? sarva kara?a kara?am: “Sri K???a adalah pengendali tertinggi, wujud beliau penuh kekekalan, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan, Beliau tiada berawal dan tiada berakhir dan beliau adalah sebab dari segala sebab”, inilah rangkaian pujian doa dewa Brahma kepada Sri K???a dalam kitab ?ri Brahma-sa?hita 5.1. Badan rohani Sri K???a memang mirip seperti manusia tapi bukan manusia, hal ini dibenarkan dalam Bhagavat Pura?a 10.33.36: "anugrahaya bhaktana? manu?a? deham asthita?….manu?a? artinya seperti manusia..deham asthita?; berwujud badan, jadi manu?a? deham asthita? artinya berwujud badan seperti manusia. Wujud rohani Sri K???a ini tidak dipengaruhi oleh tri-gu?a atau tiga sifat alam, seperti yang disabdakan oleh Sri K???a sendiri dalam Bhagavad-Gita 7.13: tribhir gu?amayair bhavair ebhi? sarvam ida? jagat mohita? nabhijanati mam ebhya? param avyayam. Artinya: karena dikhayalkan oleh tri-gu?a (satvam, rajas, dan tamas), seluruh dunia tidak mengenal DiriKu, yang berada di atas tri-gu?a dan tidak dapat dimusnahkan”. Sekali lagi, Tuhan adalah kebenaran Mutlak dan bersifat rohani, pikiran dan indria-indria makhluk hidup yang tidak suci, tidak bisa memahami kebenaran tertinggi ini sehingga satu-satunya cara untuk maju dalam jalan rohani adalah berserah diri kepada pernyataan kitab suci Veda sebagai sabda langsung dari Beliau. Kita hendaknya tidak membuat spekulasi sendiri sesuai dengan selera pribadi , suka dan tidak suka terhadap pernyataan-pernyataan Veda. Tuhan merupakan Acintya Sifat Tuhan yang Acintya, tak terpikirkan juga mengacu pada nama, gu?a/sifat, rupa /wujud dan lila/kegiatan rohani Tuhan dalam aspeknya yang pribadi (sagu?a). Tak terpikirkan berarti tak terpikirkan dengan pikiran material, namun dapat dipahami melalui kesadaran rohani, dimana kesadaran rohani hanya bisa dicapai melalui praktek disiplin spiritual berdasarkan bimbingan seorang guru kerohanian yang telah terlebih dahulu mempraktekkan disiplin rohani dalam berhubungan dengan Sri K???a, dimana kesadaran guru tersebut senantiasa dalam meditasi kepada Sri K???a. Acintya juga adalah Sri K???a, hal ini disabdakan oleh Dewa Brahma dalam kitab Brahma-Sa?hita 5.38: premañjana –cchurita bhakti vilocanena", dengan prema, cinta kasih rohani, maka akan mencapai kesadaran rohani dalam tataran bhakti, sehingga ya? syamasundaram acintya-gu?a svarupa?, rupa rohani acintya yang adalah Syamasundara, nama lain dari Sri K???a akan bisa dimengerti dan dipahami. Bukti bahwa Tuhan bisa dipikirkan dibenarkan dalam BG 18.65 : man-mana bhava mad bhakto; berpikirlah tentang-Ku senantiasa. Disamping itu pula karena ada wujud maka lebih mudah memikirkan Tuhan untuk mempraktekkan ayat dari Bhagavad-Gita ini. Apa yang telah diuraikan dari ayat diatas berasal dari Veda Sm?ti, dan Veda Sruti pun menguraikan tentang Sri K???a adalah wujud Tuhan, seperti: “K???o vai parama? daivatam” ; Sri K???a adalah wujud Tuhan Yang Maha Esa. (Yajur Veda bagian Gopala-tapani Upani?ad 1.3). Tasmat k???a eva paro devas ta? dhyayet ta? raset ta? bhajet ta? yajet ity o? tat sat iti“ Karena itu, Sri K???a adalah Kepribadian Tertinggi Tuhan Yang maha Esa, hendaknya orang memujiNya, mengabdikan diri padaNya dan memujaNya. O? tat sat”. (Gopala-tapani Upani?ad 1.54). Dalam Atharva Veda bagian Naraya?a Upani?ad 4 juga disebutkan: Brahma?yo–devaki putra? brahma?yo madhusudhana? Brahma?yo pu??arikak?o brahma?yo vi??ur acyuteti Kara?am rupa akara?am Brahman “Putra Devaki yaitu Sri K???a, Madhusudana, Pu??arikak?a, Vi??u, Acyuta adalah Brahman. Dia yang adalah tanpa sebab, penyebab segalanya, Dia adalah Brahman tertinggi”. etad vi??o? paramam padam ye nityoyukta? sa?yajante na kaman te?am asau gopa-rupa? prayatnat praka?ayad atma pada? tadaiva “Bagi mereka yang senantiasa dengan tekun memuja wujud rohani Sri Vi??nu, Tuhan yang wujud aslinya sebagi pengembala sapi (Gopa-Rupa), dapat menyaksikan kaki padamaNya” (Gopala-tapani Upani?ad 1.22) Disini disebutkan wujud sejati dari Sri Vi??nu adalah pengembala sapi, dan pengembala sapi itu adalah Sri K???a. Secara spiritual semua wujud Sri Vishnu atau Sri K???a tidak ada bedanya, Mereka sesungguhnya satu sebagai sagu?a Brahman, hanya berbeda bentuk. Ada yang berlengan 4, ada yang berlengan 2, ada yang berwujud kepala Singa (Sri N?si?ha), ada yang berwujud Babi (Varaha) dll. Inilah yang dalam kesadaran K???a disebut acintya bheda abheda tattva, sama dan berbeda pada waktu yang sama. Demikianlah banyak ayat Veda baik Veda Sruti maupun Sm?ti yang menyebutkan Sri K???a adalah wujud rohani Tuhan. Bhakta Hare K???a melakukan pemujaan kepada K???a berdasarkan ajaran dan penjelasan berbagai bagian Veda tersebut, bukan membuat spekulasi sendiri atau melakukan praktek pemujaan diluar Veda. Jika kita berkenan mempelajari Veda dengan tulus dan sabar, kita akan mampu menemukan bahwa pemujaan kepada Sri K???a adalah salah satu ajaran yang tertuang dalam Veda. Kitab suci Veda menyediakan begitu banyak pilihan ista dewata untuk disembah. Memilih salah satu ista dewata untuk disembah bukanlah larangan dalam Veda, dan juga bukan berarti menganggap pilihan yang lain tidak benar. Meyakini dan melakoni disiplin dalam mempraktekkan ajaran pilihan yang termuat dalam Veda bukan tanda tidak menerima kebenaran ajaran yang lain. Seperti telah dijelaskan di awal, Veda, pengetahuan sanatana-dharma yang merupakan sumber mata air yang mengalir abadi melampaui ruang, waktu, suku, bangsa, ras, dan status sosial, dengan agama Hindu sebagai rumah para pengikutnya, yang menyediakan berbagai jalan mendekati Tuhan, hendaknya setiap pengikutnya menyadari untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pilihan orang lain, dimana masing-masing pihak mempraktekkan keyakinannya dengan tetap mempertimbangkan desa kala patra tanpa mengurangi makna dari bagian ajaran yang ditekuni. Marilah kita ciptakan nuansa kehidupan yang rukun, damai dan bahagia walaupun dalam keberagaman, karena keberagaman itu sendiri juga adalah ciptaan Tuhan dan Karena kita semua berasal dari Tuhan maka sesungguhnyalah kita filosofi sampradaya hare krishna semua bersaudara, “vasudhaiva ku?umbhakam”. Tuhan yang kita puja dengan berbagai cara dan jalan akan sangat puas apabila salah satu dari kita melakukan kekeliruan atau bersikap kurang tepat saling mengingatkan dengan dilandasi kasih sayang layaknya rasa sebuah keluarga. “Semoga pikiran yang baik datang dari segala arah” O? Tat Sat.
|
||||||||||||||||
|